Kamis, 01 April 2010

Never Give Up!

jangan pernah menyerahAnda pernah lihat iklan Coca-Cola di televisi? Umumnya tema dari iklan-iklan Coca-Cola adalah optimisme. Coba lihat iklan yang menggambarkan anak-anak yang ingin bermain layang-layang tetapi angin tak mau bertiup. Mereka Nampak putus asa, tetapi setelah minum sebotol coca-cola, harapan dan semangat mereka muncul kembali.

Menjalani kehidupan juga seperti itu. Tak perlu bersusah hati atau putus asa, bila menghadapi kesulitan. Bila kita mampu menjalani kehidupan dengan bersemengat, maka beban seberat apapun akan terasa ringan. Bila kita tak pernah kehilangan harapan dan selalu optimis, kita akan selalu menemukan jalan keluar dari suatu masalah.

Maaf Lahir dan Batin

kapas bantalSuatu hari datanglah seorang pria ke hadapan seorang Bijak. “Guru, saya mempunyai banyak dosa. Saya telah memfitnah, membohongi, dan menggosipkan orang lain dengan hal buruk. Kini saya menyesal dan ingin memohon maaf lahir dan batin. Bagaimana caranya agar Tuhan mengampuni semua kesalahan saya?”

Sang bijak berkata, “Ambillah bantal di tempat tidurku. Bawalah ke alun-alun kota. Disana, bukalah bantal itu sampai bulu-bulu ayam dan kapas di dalamnya keluar tertiup angin. Itulah bentuk hukuman atas kata-kata jahat yang telah keluar dari mulutmu”.

Meski kebingungan, toh akhirnya ia menjalani “hukuman” yang diperintahkan kepadanya. Di alun-alun ia membuka bantal dan dalam sekejap bulu ayam dan kapas beterbangan tertiup angin.

Setelah selesai, ia kembali menghadap sang Bijak, “Saya telah melakukan apa yang guru perintahkan. Apakah dengan ini saya sudah diampuni?”

Jawab sang Bijak, “Kamu belum dapat pengampunan. Kamu baru menjalankan separuh tugasmu. Kini, kembalilah ke alun-alun dan pungutlah kembali bulu-bulu ayam yang tadi beterbangan tertiup angin. Dan jangan terlewat hingga sehelai bulu-pun…”

Arti Sebuah Kepemimpinan

Februari 9, 2009 oleh wowo

Arti Sebuah Kepemimpinan

Alexander the GreatAlexander The Great, atau yang lebih dikenal juga dengan nama Iskandar Zulkarnain, adalah raja Romawi yang sangat terkenal dengan kepemimpinannya.

Suatu waktu Alexander The Great, memimpin pasukannya melintasi gurun pasir yang panas dan kering. Setelah hampir dua minggu berjalan, ia dan pasukannya kelelahan dan hampir mati karena kehausan. Tetapi Alexander tetap memimpin pasukannya untuk terus berjalan penuh semangat.

Pada siang yang terik, dua orang pasukannya datang menemui Alexander dengan membawa semangkuk air yang mereka ambil dari sebuah kolam air yang telah kerontang. Kolam air itu kering dan hanya ada sedikit air yang tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh pasukan. Melihat hal ini, Alexander membuang air itu ke gurun pasir.

Sang Raja berkata, “ Tidak ada gunanya bagi seseorang untuk minum di saat banyak orang sedang kehausan!”

Demikianlah kepemimpinan itu anda tidak bisa memperlakukan orang-orang anda hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan anda. Anda harus menunjukkan ketulusan dan keteguhan diri anda dengan sama-sama merasakan apa yang orang-orang anda rasakan.


Alexander the GreatAlexander The Great, atau yang lebih dikenal juga dengan nama Iskandar Zulkarnain, adalah raja Romawi yang sangat terkenal dengan kepemimpinannya.

Suatu waktu Alexander The Great, memimpin pasukannya melintasi gurun pasir yang panas dan kering. Setelah hampir dua minggu berjalan, ia dan pasukannya kelelahan dan hampir mati karena kehausan. Tetapi Alexander tetap memimpin pasukannya untuk terus berjalan penuh semangat.

Pada siang yang terik, dua orang pasukannya datang menemui Alexander dengan membawa semangkuk air yang mereka ambil dari sebuah kolam air yang telah kerontang. Kolam air itu kering dan hanya ada sedikit air yang tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh pasukan. Melihat hal ini, Alexander membuang air itu ke gurun pasir.

Sang Raja berkata, “ Tidak ada gunanya bagi seseorang untuk minum di saat banyak orang sedang kehausan!”

Demikianlah kepemimpinan itu anda tidak bisa memperlakukan orang-orang anda hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan anda. Anda harus menunjukkan ketulusan dan keteguhan diri anda dengan sama-sama merasakan apa yang orang-orang anda rasakan.
Roda Kehidupan



guru dan muridSuatu hari seorang Murid bertanya kepada Gurunya, “Guru, saya pernah mendengar kisah seorang arif yang pergi jauh dengan berjalan kaki. Cuma yang aneh, setiap ada jalan yang menurun, sang arif konon agak murung. Tetapi kalau jalan sedang mendaki ia tersenyum. Hikmah apakah yang bisa saya petik dari kisah ini?”

“Itu perlambang manusia yang telah matang dalam meresapi asam garam kehidupan”, jelas sang Guru. “Itu perlu kita jadikan cermin. Ketika bernasib baik, sesekali perlu kita sadari bahwa suatu ketika kita akan mengalami nasib buruk yang tidak kita harapkan. Dengan demikian kita tidak terlalu bergembira sampai lupa bersyukur kepada Sang Maha Pencipta. Ketika nasib sedang buruk, kita memandang masa depan dengan tersenyum optimis. Optimis saja tidak cukup, kita harus mengimbangi optimisme itu dengan kerja keras.”

“Apa alasan saya untuk optimis, sedang saya sadar nasib saya sedang jatuh dan berada di bawah,” sang Murid kembali bertanya.

“Alasannya adalah iman, karena kita yakin akan pertolongan Sang Maha Pencipta”, terang sang Guru.

“Hikmah selanjutnya?”, meneruskan tanyanya.

“Orang yang terkenal satu ketika harus siap untuk dilupakan, orang yang di atas harus siap mental untuk turun ke bawah. Orang kaya satu ketika harus siap untuk miskin,” sang Guru mengakhiri jawabannya.
Roda Kehidupan



guru dan muridSuatu hari seorang Murid bertanya kepada Gurunya, “Guru, saya pernah mendengar kisah seorang arif yang pergi jauh dengan berjalan kaki. Cuma yang aneh, setiap ada jalan yang menurun, sang arif konon agak murung. Tetapi kalau jalan sedang mendaki ia tersenyum. Hikmah apakah yang bisa saya petik dari kisah ini?”

“Itu perlambang manusia yang telah matang dalam meresapi asam garam kehidupan”, jelas sang Guru. “Itu perlu kita jadikan cermin. Ketika bernasib baik, sesekali perlu kita sadari bahwa suatu ketika kita akan mengalami nasib buruk yang tidak kita harapkan. Dengan demikian kita tidak terlalu bergembira sampai lupa bersyukur kepada Sang Maha Pencipta. Ketika nasib sedang buruk, kita memandang masa depan dengan tersenyum optimis. Optimis saja tidak cukup, kita harus mengimbangi optimisme itu dengan kerja keras.”

“Apa alasan saya untuk optimis, sedang saya sadar nasib saya sedang jatuh dan berada di bawah,” sang Murid kembali bertanya.

“Alasannya adalah iman, karena kita yakin akan pertolongan Sang Maha Pencipta”, terang sang Guru.

“Hikmah selanjutnya?”, meneruskan tanyanya.

“Orang yang terkenal satu ketika harus siap untuk dilupakan, orang yang di atas harus siap mental untuk turun ke bawah. Orang kaya satu ketika harus siap untuk miskin,” sang Guru mengakhiri jawabannya.

Perjalanan Kehidupan

Saat kau berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanmu.

Sebagai balasannya, kau menangis sepanjang malam.

Saat kau berumur 2 tahun, dia mengajarimu bagaimana cara berjalan.

Sebagai balasannya, kau kabur saat dia memanggilmu.

Saat kau berumur 3 tahun, memasakkan semua makananmu dengan kasih sayang.

Sebagai balasannya, kau buang piring berisi makanan ke lantai.

Saat kau berumur 4 tahun, dia memberimu pensil berwarna.

Sebagai balasannya, kau coret-coret dinding rumah dan meja makan

Saat kau berumur 5 tahun, dia membelikanmu pakaian-pakaian yang mahal dan indah.

Sebagai balasannya, kau memakainya untuk bermain di kubangan lumpur dekat rumah

saat kau berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi ke sekolah.

Sebagai balasannya, kau berteriak "NGGAK MAU!!"

Saat kau berumur 7 tahun, dia membelikanmu bola.

Sebagai balasannya, kau lemparkan bola ke jendela tetangga.

Saat kau berumur 8 tahun, dia memberimu es krim.

Sebagai balasannya, kau tumpahkan hingga mengotori seluruh bajumu.

Saat kau berumur 9 tahun, dia membayar mahal untuk kursus pianomu.

Sebagai balasannya, kau sering bolos dan sama sekali tidak pernah berlatih.

Saat kau berumur 10 tahun, dia mengantarmu ke mana saja, dari kolam renang hingga pesta ulang tahun.

Sebagai balasannya, kau melompat keluar mobil tanpa memberi salam.

Saat kau berumur 11 tahun, dia mengantar kau dan teman-temanmu ke bioskop.

Sebagai balasannya, kau minta dia duduk di baris lain.

Saat kau berumur 12 tahun, dia melarangmu untuk melihat acara TV khusus orang dewasa.

Sebagai balasannya, kau tunggu dia sampai di keluar rumah.

Saat kau berumur 13 tahun, dia menyarankanmu untuk memotong rambut, karena sudah waktunya.

Sebagai balasannya, kau katakan dia tidak tahu mode.

Saat kau berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kempingmu selama sebulan liburan.

Sebagai balasannya, kau tak pernah meneleponnya.

Saat kau berumur 15 tahun, pulang kerja ingin memelukmu.

Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.

Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya.

Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.


Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.

Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.

Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA.

Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.


Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama.

Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.


Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, "Dari mana saja seharian ini?"

Sebagai balasannya, kau jawab, "Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!"

Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan.

Sebagai balasannya, kau katakan, "Aku tidak ingin seperti Ibu."

Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi.

Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.

Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furnitur untuk rumah barumu.

Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furnitur itu.

Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan.

Sebagai balasannya, kau mengeluh, "Aduuh, bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?"

Saat kau berumur 25 tahun, dia membantumu membiayai penikahanmu.

Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.

Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu.

Sebagai balasannya, kau katakan padanya, "Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!"

Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat.

Sebagai balasannya, kau jawab, "Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu.".

Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu.

Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.

Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kauteringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang

menghantam HATI mu bagaikan palu godam.

JIKA BELIAU MASIH ADA, JANGAN LUPA MEMBERIKAN KASIH SAYANGMU LEBIH DARI YANG PERNAH KAU BERIKAN SELAMA INI